Beranda | Artikel
Bab Mencintai Rasulullah adalah Kesempurnaan Iman
Jumat, 4 Januari 2019

Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Yahya Badrusalam

Bab Mencintai Rasulullah adalah Kesempurnaan Iman (باب حب الرسول من الإيمان) adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan الجمع بين صحيحين (Al-Jam’u Baina As-Sahihain), sebuah kitab yang berisi Kumpulan shahih Bukhari dan Muslim karya Syaikh Yahya bin Abdul Aziz Al-Yahya. Pembahasan ini disampaikan oleh: Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. pada 15 Rabbi’ul Tsani 1440 H / 23 Desember 2018 M.

Download Kitab Al-Jam’u Baina As-Sahihain – Format PDF di sini

Download mp3 kajian sebelumnya: Bab Manisnya Iman

Kajian Tentang Bab Mencintai Rasulullah adalah Kesempurnaan Iman – Al-Jam’u Baina As-Sahihain

Pembahasan kali ini sampai hadits ke-19 halaman 11 pada  kitab Al-Jam’u Baina As-Sahihain.

عَنْ أَنَسٍ رضي الله عَنْهُمَا قَالَ : قَالَ النَّبِيُّﷺ : لَا يُؤمِنْ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ ، وَوَلَدِهِ ) ، وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ . وفي حديث عَبْدِاللهِ بْنِ هِشَامٍ قَالَ : كُنَّا مَعَ النَّبِيَّ ﷺ وَهُوَ آخِذٌ بِيَدِ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رضي الله عَنْهُمَا ، فَقَالَ لَهُ عُمَرُ : يَا رَسُولَ اللهِ! لأَنْتَ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ كُلَّ شَيْءٍ إِلَّا مِنْ نَفْسِي . فَقَالَ النَّبِيﷺ : لا وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ! حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْكَ مِنْ نَفْسِكَ . فَقَالَ لَهُ عُمَرَ : فَإِنَّهُ الآنَ وَاللهِ لأَنْتَ أَحَبُّ إِلَيَّ مِن نَفْسِي . فقال النبي : الآنَ يَا عُمَرُ ) .

Dari Anas ia berkata, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Tidaklah salah seorang dari kalian beriman hingga aku lebih dia cintai daripada anaknya, orang tuanya dan manusia semuanya.’

Dan didalam hadits Abdullah bin Hisyam, ia berkata, “Kami pernah bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan beliau memegang tangan Umar Bin Khattab. Maka Umar berkata, ‘Wahai Rasulullah, engkau lebih aku cintai dari segala sesuatu kecuali dari diriku.’ Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Tidak! Demi Dzat yang diriku berada ditanganNya sampai aku lebih engkau cintai dari dirimu sendiri’ Lalu Umar berkata, ‘Sesungguhnya sekarang Ya Rasulallah demi Allah engkau lebih aku cintai dari diriku sendiri.’ Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda, ‘Sekarang imanmu sempurna hai Umar.‘”

Hadits ini menunjukkan bahwa kita wajib untuk mencintai Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam melebihi segala-galanya. Melebihi dari cinta kita kepada diri kita, kepada orang tua kita, kepada istri kita, kepada anak kita, kepada harta kita.

Maka dari itu orang yang lebih mencintai orang tuanya atau anaknya atau temannya atau harta bendanya atau rumahnya atau perniagaannya, Allah subhanahu wa ta’ala ancam Allah akan adzab dia. Allah berfirman didalam surat At-Taubah:

قُلْ إِن كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُم مِّنَ اللَّـهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّىٰ يَأْتِيَ اللَّـهُ بِأَمْرِهِ ۗ وَاللَّـهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ ﴿٢٤﴾

Katakanlah: “jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya”. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.” (QS. At-Taubah[9]: 24)

Kewajiban kita memeriksa cinta kita kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sudah sejauh apa? Lihat bagaimana para sahabat Nabi terdahulu. Mereka lebih mencintai Rasulullah bahkan dari jiwa mereka sendiri, dari suami mereka sendiri, istri mereka sendiri, anak mereka sendiri.

Sebagai disebutkan dalam sebuah kisah yang dikeluarkan oleh Muhammad bin Ishaq dari Saad bin Abi Waqqash, bahwa ada seorang wanita dari Bani Dinar yang ayah, suami, saudara laki-lakinya gugur di medan Perang Uhud. Mendengar tiga orang kerabatnya gugur, sahabiyah ini bertanya, “Apa yang terjadi dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam”? Orang-orang menjawab, “Beliau dalam keadaan baik.” Wanita itu memuji Allah dan mengatakan, “Izinkan aku melihat beliau.” Saat melihatnya ia berucap,

كُلُّ مُصِيْبَةٍ بَعْدَكَ جَلَلٌ

Musibah (selain yang menimpa Rasulullah) adalah ringan

Artinya itu kecil, yang penting Rasulullah selamat, Alhamdulillah. Adapun suami, bapak, kakak, adik, ataupun saudaranya sudah meninggal dunia dan mereka masuk surga. Sampai mereka mencintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam luar biasa sekali.

Dalam Perang Uhud, kaum muslimin kalah. Rasulullah terperosok dalam satu lubang. Lalu seorang sahabat ketika melihat panah-panah hendak menghujam tubuh Rasulullah, dipeluknya Rasulullah dan dibiarkan panah-panah itu menghunjam tubuhnya. Sampai begitu pengorbanan para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Maka coba kita periksa, selama ini ada tidak yang lebih kita sukai daripada mengikuti sunnah Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam. Karena kata para ulama, tanda orang yang mencintai Rasulullah adalah mencintai ajarannya, tanda orang yang mencintai Rasulullah adalah mencintai sunnahnya. Sunnah Nabi, ajaran Nabi, lebih kita cintai daripada hawa nafsu kita, lebih kita cintai daripada kepentingan diri kita, lebih kita cintai daripada hobi kita.

Terkadang hobi kita lebih kita sukai daripada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Misalnya hobinya nonton sepak bola, pas lagi nonton sepak bola ternyata adzan berkumandang. Diantara kita berkata, “Gampanglah shalat berjamaah kan nggak wajib, sunah ini.” Padahal menonton bola lebih tidak wajib lagi. Tapi ternyata hobinya lebih dia dahulukan daripada mengikuti Sunnah Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka dari itu pernyataan kita, “Saya cinta Rasul.” Jangan sampai didustakan oleh perbuatan kita sendiri. Kita mengatakan saya cinta Rasul, ternyata didustakan oleh hati kita sendiri, oleh perbuatan kita sendiri, oleh ucapan kita sendiri. Ternyata selama ini yang kita ucapkan bahwa saya cinta Rasul adalah dusta.

Orang yang mencintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dia akan cinta untuk mempelajari hadits-haditsnya. Sebagaimana kita merasa senang membaca surat dari orang yang kita cintai. Maka dari itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mendo’akan orang yang mempelajari hadits. Kata Rasulullah:

نَضَّرَ اللَّهُ امْرَأً سَمِعَ مِنَّا شَيْئًا فَبَلَّغَهُ كَمَا سَمِعَ

“Semoga Allah memberikan cahaya kepada wajah seseorang yang mendengar sabdaku kemudian dia sampaikan sebagaimana dia mendengarnya” (HR. Tirmidzi)

Kalau antum sedang membaca surat cinta, terlihat wajahnya berseri-seri. Demikian pula seseorang yang sangat cinta Rasulullah, ketika membaca hadits-haditsnya karena saking gembiranya, terlihat di wajahnya itu kegembiraan. Maka selama ini kita lebih asyik membaca hadits daripada membaca yang lainnya atau tidak? Maka dari itulah kebanyakan dari kita, pernyataan cintanya kepada Rasul masih gombal. Masih didustakan oleh perbuatan kita sendiri, masih didustakan oleh hati kita sendiri. Ternyata sebetulnya ada sesuatu yang lain yang lebih kita cintai dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Orang yang mencintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dia akan membela sunnahnya. Bahkan dia tidak peduli dengan cercaan manusia demi untuk membela kekasihnya. Orang yang mencintai Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam, dia berani berkorban untuk membela sunnah Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tidak masalah saya korbankan sedikit waktu saya, saya korbankan sedikit harta saya, demi untuk membela ajaran Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bahkan saya korbankan perasaan pun tidak masalah, yang penting saya bisa membela Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kalau kita sudah seperti itu, berarti pernyataan  kita jujur bahwa kita mencintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Sementara kita terkadang ketika ingin mengikuti sunnah Rasul saja masih mikir-mikir. Takut dituduh macam-macam, takut dicibir, takut diledek dan yang lainnya, gimana kata orang. Padahal orang yang mencintai Rasulullah tidak peduli dengan itu. Orang yang mencintai Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam akan terlihat ittiba’nya kepada sunnah Rasul. Terlihat dalam penampilannya, Rasulullah berjenggot dia berjenggot, pakaian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam diatas mata kaki maka dia berusaha pakaiannya diatas mata kaki.  tsman bin Affan pernah keluar rumah dalam keadaan sarungnya sampai pertengahan betis. Lalu Usman berkata, “Begini dahulu sarungnya kekasihku Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam” Ternyata sarungnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu di atas mata kaki. Sementara kita selalu beralasan yang penting tidak sombong. Katanya cinta Rasul? Ketika disuruh diatas mata kaki seperti Rasulullah lakukan, bilangnya yang penting tidak sombong. Padahal orang yang mencintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, walaupun misalnya dia mempunyai keyakinan bahwa itu sunnah, yang namanya sunah juga perintah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Orang yang mencintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam akan kuat ittiba’nya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dia akan mengidolakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kalau kita mengidolakan Rasul, seharusnya kita juga bertanya-tanya tentang gaya hidupnya, gaya rambutnya, pakaiannya, dan seterusnya.

Ada seorang seorang Arab Badui datang ke Rasulullah, “Wahai Rasulullah, ada seseorang yang mencintai suatu kaum tapi tidak bertemu. Bagaimana ya Rasulullah?” Kata Rasulullah:

المَرْءُ مَعَ مَنْ أَحَبَّ

Seseorang nanti di hari kiamat akan bersama orang yang ia cintai” (HR. Bukhari dan Muslim)

Kalau kita mengidolakan bintang film, kumpulnya dihari kiamat sama dia. Kalau mengidolakan bintang sepak bola, kumpulnya di hari kiamat sama dia. Kalau kita ingin kumpulnya bersama Rasulullah, idolakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan cintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Orang yang mencintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia akan selalu banyak mengingat Rasul. Sebagaimana orang yang mencintai sesuatu pasti akan banyak ingat. Jika kita mencintai Rasulullah, seharusnya kita juga banyak mengingat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bahkan kita ingin bisa melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Imam Ath-Thabrani meriwayatkan dari ‘Aisyah radhiyallahu ’anha, bahwa dia berkata:

جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم ، فَقَالَ : يَا رَسُولَ اللهِ  ، وَاللهِ  إِنَّكَ لأَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ نَفْسِي ، وَإِنَّكَ لأَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ أَهْلِي وَمَالِي ، وَأَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ وَلَدِي ، وَإِنِّي لأَكُونُ فِي الْبَيْتِ ، فَأَذْكُرُكَ فَمَا أَصْبِرُ حَتَّى آتِيَكَ ، فَأَنْظُرَ إِلَيْكَ ، وَإِذَا ذَكَرْتُ مَوْتِي وَمَوْتَكَ عَرَفْتُ أَنَّكَ إِذَا دَخَلْتَ الْجَنَّةَ رُفِعَتْ مَعَ النَّبِيِّينَ ، وَإِنِّي إِذَا دَخَلْتُ الْجَنَّةَ خَشِيتُ أَنْ لا أَرَاكَ ، فَلَمْ يَرُدَّ عَلَيْهِ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم شَيْئًا حَتَّى نَزَلَ جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلامُ بِهَذِهِ الآيَةِ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَأُولَئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ

“Datang seseorang menemui Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam seraya berkata, “Wahai Rasulullah, demi Allah engkau benar-benar lebih aku cintai dari diriku sendiri, sungguh engkau lebih aku cintai dari keluargaku dan hartaku, dan sungguh engkau lebih aku cintai dari anakku. Dan sungguh ketika aku di rumah, lalu aku mengingatmu maka aku tidak sabar untuk segera menemuimu demi melihatmu, dan apabila aku mengingat kelak aku akan meninggal dunia dan engkau pun akan meninggal dunia, namun engkau apabila telah masuk surga maka engkau akan diangkat bersama para Nabi, sedangkan aku apabila aku masuk surga maka aku khawatir tidak dapat melihatmu lagi?

Maka Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam tidak menjawabnya sedikit pun sampai Jibril ‘alaihis salaam turun dengan membawa ayat ini:

وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَأُولَئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ وَحَسُنَ أُولَئِكَ رَفِيقًا

“Dan barang siapa yang menaati Allah dan Rasul, mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin (yang membenarkan para Nabi), orang-orang yang mati syahid dan orang-orang shalih. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.” (QS. An-Nisa[4]: 69)” (HR. Ath-Thabrani dalam Al-Aushat dan Ash-Shagir, Ash-Shahihah: 2933)

Anas bin Malik juga ketika mendengar sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Seseorang akan dikumpulkan bersama orang yang dia cintai.” Kata Anas, “Demi Allah tidak pernah aku mendengar sesuatu yang lebih menggembirakan dari mendengar hadits ini. Demi Allah, amalku tidak seperti Rasulullah, bahkan amalku tidak sampai kepada amal Abu Bakar dan Umar. Tapi aku mencintai mereka, aku berharap mudah-mudahan aku bisa berkumpul bersama mereka nanti di surga.”

Karena kecintaan. Tapi ingat, tentunya cinta bukan hanya sebatas dilisan. Cinta itu akan terlihat dalam perbuatan, dalam anggota badan kita.

Simak penjelasannya pada menit ke – 21:06

Simak Penjelasan Lengkapnya dan Download MP3 Kajian Tentang Bab Mencintai Rasulullah adalah Kesempurnaan Iman – Al-Jam’u Baina As-Sahihain


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/46337-bab-mencintai-rasulullah-adalah-kesempurnaan-iman/